Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Provinsi Lampung berkerjasama dengan Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Kemenristek Dikti RI dan Politeknik Negeri Lampung telah mengadakan Acara Pelatihan Diversifikasi Dan Komersialisasi Produk Berbasis Beras Siger yang dilaksanakan, selama 3 hari.
Dalam Pelatihan tersebut dihadiri oleh Yang mewakili Kepala Bank Indonesia Perwakilan Lampung, yang mewakili Direktur Politeknik Negeri Lampung, Kabid Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Balitbangda, Kabid Komsumsi dan Penganekaragaman Dinas Ketahanan Pangan, Owner Yussy Akmal, Para Peserta Pelatihan Diversifikasi Dan Komersialisasi Produk Berbasis Beras Siger, serta para Undangan lainnya. Peserta pelatihan terdiri dari 20 orang yang berasal dari Kelompok Wanita Tani (KWT) dari Kabupaten di Provinsi Lampung.
Komoditi ubi kayu atau umum disebut dengan singkong ataupun ketela pohon merupakan salah satu komoditi terbesar dari Provinsi Lampung. Pada tahun 2016, tingkat produksi ubi kayu di Provinsi Lampung mencapai 7.387.084 ton dengan luas panen seluas 279.337 ha atau setara dengan luas wilayah Kabupaten Lampung Utara. Namun beberapa waktu belakangan ini, singkong menjadi sebuah balada, alih-alih menjadi balado layaknya oleh-oleh khas dari Sumatera Barat. Balada tersebut diawali dari turunnya secara cepat harga singkong yang memukul telak para petani singkong di Provinsi Lampung pada khususnya. Sebelumnya petani menikmati panennya dengan harga menggiurkan di atas Rp 1000 per kilogram. Harga tersebut akhirnya turun dengan serta merta menjadi Rp 500 per kilogram. Kondisi tersebut menghempaskan harapan para petani yang jelas merugi akibat modal yang telah dikeluarkan lebih besar. Dampak penurunan harga tersebut pun melebar pada industri-industri berbasis singkong, beberapa perusahaan pengolah tapioka akhirnya gulung tikar dan merumahkan para karyawannya. Hal ini tentunya sangat berdampak pada kegiatan ekonomi di wilayah Lampung, mengingat besar dan luasnya produksi ubi kayu dari provinsi ini.
Hilirisasi dan diversifikasi produk ubi kayu bisa menjadi salah satu alternatif solusi dalam mengatasi dan mengantisipasi fluktuasi harga ubi kayu. Produk-produk turunan yang berasal dari ubi kayu bisa menjadi buffer atau penyangga saat industri utama berbasis ubi kayu mengalami gangguan, sehingga produk-produk turunan tersebut akan dapat menggantikan sementara saat produk utamanya kolaps.
Riset, pengembangan dan inovasi bahkan dapat memberikan peran lebih dalam mengantisipasi gangguan dari eksternal maupun internal dari produk arus utama (mainstream). Proses riset terhadap produk ubi kayu jelas akan memberikan nilai tambah terhadap pengembangan ubi kayu baik secara manfaat hingga komersialisasi. Sebagai contohnya adalah dextrin yang berasal dari riset dan pengembangan ubi kayu dapat memberikan manfaat lebih pada skala kegunaan yang lebih tinggi untuk skala industri. Saat ini juga telah dikembangkan edible plastic atau plastik yang dapat dimakan yang berbahan dasar dari ubi kayu. Dari riset-riset tersebut, pada akhirnya akan membawa singkong menjadi produk-produk turunan yang sangat layak untuk dijual secara berkelas.
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Lampung sebagai lembaga riset dibawah Pemerintah Provinsi Lampung berfungsi sebagai think tank atau gudang dan artileri pengetahuan dan riset bergerak mengembangkan kemajuan wilayah melalui riset sekaligus sebagai dirigen bagi lembaga-lembaga riset maupun perguruan tinggi yang beroperasi di wilayah Lampung. Sinergitas riset-riset terkait ubi kayu di Provinsi Lampung telah terbentuk dengan adanya Techno park Lampung tengah yang salah satu fokus pengembangannya pada sektor ubi kayu, maupun dari perguruan tinggi-perguruan tinggi seperti Universitas Lampung dan Politeknik Negeri Lampung.
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah belum terdukungnya hasil-hasil riset tersebut pada tingkat yang lebih tinggi baik pada fase diseminasi maupun komersialisasi. Lembaga riset maupun perguruan tinggi belum dapat mewujudkan hal tersebut, hal ini dikarenakan memang institusi-institusi tersebut tidak didesain untuk meningkatkan hasil riset pada level yang lebih implementatif. Pada kondisi inilah Balitbangda Provinsi Lampung mengambil peran tersebut agar dapat memberikan dampak kemajuan wilayah Lampung melalui peran riset.
Para Kelompok Wanita Tani (KWT) diundang untuk menjadi contoh dalam program pengembangan hasil-hasil riset pada skala komersialiasi, selain tujuan utama sebagai pengembangan nilai tambah produk berbasis ubi kayu, program ini juga bermaksud untuk menjadi buffer (penyangga) terhadap masalah-masalah terkait ubi kayu sebagaimana yang terjadi belakangan ini seperti turunnya harga singkong secara drastis. Politeknik Negeri Lampung sebagai salah satu perguruan tinggi di Provinsi Lampung yang memiliki fokus terhadap riset-riset implementatif terhadap ubi kayu diundang untuk mentransfer hasil risetnya pada skala pasar, yaitu komersialisasi. Program yang dilakukan adalah melalui pelatihan ini yang bermaksud untuk memberikan pengetahuan kepada para pengusaha-pengusaha mikro yang telah menggeluti bisnis berbahan ubi kayu. Pengetahuan yang diberikan merupakan hasil-hasil riset yang telah dilakukan terkait dengan ubi kayu.
Pengembangan riset pada skala komersialisasi tentunya tidak dapat hanya dilakukan oleh aktor-aktor riset, melainkan juga harus dengan peran serta aktor-aktor yang telah menggeluti dunia pasar. Untuk itu pada pelatihan ini, Balitbangda Lampung juga mengundang narasumber yang berasal dari sektor perbankan yang akan memberikan pengetahuan terhadap akses permodalan maupun proses transaksi keuangan dan juga dari pelaku yang sukses yang membangun bisnisnya dari skala mikro hingga saat ini menjadi bisnis yang besar di Provinsi Lampung.
Kegiatan ini diinisiasi dan didukung oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi bersama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Lampung dalam upaya untuk mengarusutamakan riset dan pengembangan serta meningkatkan kemajuan ekonomi wiliyah. Demikian maksud dan gambaran dari kegiatan yang telah laksanakan. Dalam proses pelatihan para peserta mendapatkan bekal berupa materi:
1. Pembinaan Keberadaan KWT Beras Siger Narasumber Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung;
2. Pre test dan penjelasan teknis kegiatan pelatihan dari panitia;
3. Upaya-upaya peningkatan produktivitas usaha Beras Siger dan Pengelolaan aneka produk pangan beras siger Narasumber Polinela
4. Succes Story pengelolaan usaha berbasis bahan local Narasumber Yussy Akmal;
5. Aksesibilitas modal dan pasar Narasumber Bank Indonesia perwakilaan Lampung;
6. Praktik pembuatan aneka produk pangan berbasis beras siger narasumber polinela;
7. Praktik pengemasan hasil produk pangan berbasis beras siger narasumber polinela;
8. Diskusi hasil praktik dan post test dari panitia.
Akhirnya pelatihan ini diharapkan dapat menjadi percontohan dalam menularkan kegiatan pengembangan kewirausahaan berbasis riset di Provinsi Lampung.Demikian yang dapat kami sampaikan, terimakasih.