Bandar lampung 11/10/2023,
Marilah kita kembali
berfikir untuk mengelola sampah, dengan 9R, yang sekarang dilanjutkan pada R
keempat. Re-use atau penggunaan kembali.
Kita dikondisikan untuk
menganggap barang-barang yang sudah tua, kosong, usang, rusak, jelek, atau
rusak sebagai sesuatu yang tidak berguna, sehingga kita membuangnya tanpa
banyak memikirkan akibatnya. Proses penggunaan kembali dimulai dengan asumsi
bahwa bahan-bahan bekas yang mengalir dalam hidup kita dapat menjadi sumber
daya, bukan sampah. Sampah, bagaimanapun juga, tergantung pada siapa yang
melihatnya.
Beberapa perusahaan sudah memulai usaha tersebut, misalnya Patagonia sebagai produsen tas ataupun pakaian memiliki sistem penggunaan kembali barang secondhand yang masih berdaya guna. Unilever memiliki sistem refill isi ulang untuk produk cair. Dan perusahaan Fairphone memiliki produk gawai pintar yang dapat dibongkar pasang menurut elemennya, misalnya baterai dan memori. Bagaimana dengan konsumen ? maka konsumen semestinya membeli produk dengan daya tahan lama, dan juga memperbaiki jika memungkinkan. Jika kita benar-benar memperhatikan barang-barang yang akan kita buang, kita bisa belajar melihatnya sebagai bahan yang dapat digunakan kembali untuk memecahkan masalah sehari-hari dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penggunaan kembali menghemat uang, menghemat sumber daya, dan memuaskan dorongan manusia untuk menjadi kreatif.
Mari kita mendidik diri kita untuk menjadi produsen dan konsumen bertanggung jawab bagi masa depan berkelanjutan, dengan ilmu pengetahuan.